insomnia!

Sunday, August 14, 2005

Premanisme, itu mah emang budaya kita

NGEBACA berita-berita di media dari Indonesia yang nyebutin bahwa beberapa terakhir ini Polda Metro bikin razia preman bikin si gue merenung. Kalo diinget-inget, kayanya pernah juga si gue berurusan ama yang namanya preman ini, mulai jaman smp --dipalak prokem di mall, di jalanan --melototin preman lampu stopan yang nyanyi sambil minta recehan, sampe di kantor-kantor pemerintah --yang ini mah premannya pada gaya, pake seragam warna khaki, kerjanya malakin orang yang mau ngurus berkas-berkas --misalnya bikin KTP. Lo pasti setuju deh ama si gue: emang udah saatnya preman-preman itu ditertibin. Cuma yang jadi masalah sekarang, definisi preman itu sendiri batasannya gimana?

Kalo si gue gak salah, preman itu mulai dikenal sejak jaman kolonial dulu. Mereka ini umumnya berasal dari kalangan "jawara" yang gak mau tunduk ama pemerentah kolonial. Makanya mereka disebut "free man". Dasar lidah inlander, akhirnya sebutan itu bermetamorfosa jadi "preman". Jaman itu, para preman nggak selamanya berkonotasi buruk, ada juga yang konotasinya mulia misalnya si Pitung --yang sering dianalogi-in mirip-mirip Robin Hood, yang kerjanya mengambil dari pemerentah kolonial tapi bukan dipake sendiri (dibagi-bagiin ke rakyat yg butuh). Tapi tentu aja masih lebih banyak preman-preman dengan konotasi negatif, yg kerjanya ngerampok (gak peduli punya pemerentah atouw punya rakyat biasa), ngebunuh, merkosa dan segudang aktifitas "serem" lainnya.

Karena kekerasan-kekerasan yang dilakuinnya seringkali nyakitin rakyat, lambat laun para preman ini tersisih dari kehidupan "normal" dan mereka ngebentuk "geng" nya sendiri-sendiri. Tiap-tiap geng ini punya batasan "wilayah kekuasaan" masing-masing, jadilah dikenal semacam pembagian "distrik bayangan" di tanah air kita. Misalnya dalam suatu daerah selain ada pemerintahan resmi pasti juga ada "pemerintahan bayangan" yang dikendaliin para preman itu.

Nah, karena kebanyakan dari masyarakat nggak mengetahui betul seluk-beluk dunia preman ini, pertumbuhan dan perkembangan mereka ga terlalu diketahui juga. Ntar tiba-tiba "blum!" di suatu daerah muncul banyak preman-preman yang kerjanya nyusahin rakyat. Sejalan ama berlalunya waktu, kita akhirnya tau juga bahwa udah muncul dan tumbuh sebuah budaya (atouw mungkin lebih pas sub-budaya) baru yang disebut: Premanisme, yang bisa kita artiin kira-kira sebagai sebuah cara hidup (atauw cara pikir, atau tingkah laku) yang berazaskan kebebasan (yang tidak bertanggungjawab). Termasuklah di dalamnya pola "semau gue", "kumaha aing", "yang penting gue hepi" dsb.

Okeh, cukuplah dengan sejarahnya. Sekarang kita balik ke hari ini. Ternyata sodara, premanisme (sebagai jalan hidup) sudah demikian merebaknya di masyarakat kita. Kita bisa liat pola-pola premanisme itu dimana-mana, mulai dari tingkah laku kriminil para preman yang bebas berkeliaran (ini termasuk pelaku kriminil kelas teri sampe mafia kelas kakap), masyarakat umum yang "biasa-biasa" aja (coba liat kelakuan supir angkot yang seenak udelnya naikin/nurunin penumpang di tengah jalan, gak peduli kita setengah mati kaget krn mobil kita ampir aja nyium pantat tuh angkot), sampe di kalangan berseragam (ini termasuk golongan pegawai negeri, polisi dan tni). Betapa pola-pola premanisme itu udah demikian jauh masuk ke aspek hidup sehari-hari bangsa ini... Sedih kan? Coba inget-inget lagi deh, jangan-jangan kita sendiri juga pernah --atau sering ngejalanin pola-pola premanisme itu.

Terlepas dari itu semua, razia preman yang dilakuin Polda Metro harus kita sambut baik karena mungkin bisa jadi shock therapy buat para preman jalanan (sebenernya kalo pingin bener-bener jera mah bikin aja Operasi Sapu Jagat jilid ke-2 :D ). Tapi kita juga harus melihat lebih jauh, lebih dalem, sampe ke inti persoalan: bahwa tumbuhnya premanisme juga turut didorong sama kurang tegasnya peraturan hukum dan perangkatnya di negara kita, dan gak adilnya sistem hukum kita (berapa lama seorang pencuri ayam dihukum? 6 bulan --+ bonyok digebugin orang sekampung. Berapa lama seorang koruptor dihukum? 6 bulan juga --dipotong masa tahanan yang seringnya cuma tahanan kota. jadi mending jadi yang mana? pencuri ayam atau koruptor?)

Emang negara kita ini masih harus banyak belajar untuk bisa nemuin arti keadilan yang hakiki. Bukan keadilan yang bisa "diatur" oleh permainan para preman yang berujud pengusaha, pejabat pemerentah, anggota dewan yang terhormat, aparat penegak hukum atau para petani "lugu" yang menemukan cara murah untuk ngebuka lahan: yaitu dengan ngebakar sehingga asapnya diekspor ke negara tetangga, dan terutama para cukong kayu yang ngeliat kesempatan buat ikutan ngebakar ribuan hektar hutan untuk ngebuka lahan (dan semua kesalahan ditimpain ke para petani itu).


0 Kumentar Saderek:

Post a Comment

<< ka Payun deui