insomnia!

Friday, February 10, 2006

Uban

Ah, umur nambah satu lagi, berarti waktu berkurang satu lagi. Eh, koq uban si gue mulai rada-rada banyak ya? Geus kolot geningan euy.

Thursday, February 09, 2006

Pelajaran dari kasus karikatur Nabi Muhammad SAW

Siapa yang nggak ngeh sama issue paling heboh bulan ini? Iya, persoalan seputar pemuatan karikatur yang dianggap oleh kaum muslimin sebagai penistaan, penghinaan terhadap junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Reaksi keras terjadi dimana-mana, termasuk di negara kita. Dari sekedar kecaman, ungkapan protes, protes diplomatik sampai yang lebih ekstrem: perusakan dan penghancuran kantor-kantor diplomatik Denmark, negara asal surat kabar Jylland-Posten yang mempublikasikan karikatur-karikatur itu. Sebenernya udah sejak beberapa hari lalu si gue pengen mosting ini, tapi baru sekarang kesampean. Semoga jadi bahan renungan bersama.

Secara pribadi, si gue ngerasa protes-protes itu memang beralasan. (Karikatur) itu memang bertendensi menghina dan provokatif bangeds. Setelah berusaha browsing sana-sini, si gue akhirnya berhasil ngedapetin semua karikatur-karikatur itu (untuk alasan tertentu, website dimana si gue ngedownload ga akan disebutin, gambarnya juga gak akan diposting di sini). Saudara-saudara seiman (terutama bagi yang belum pernah liat langsung gambar itu), percayalah, karikatur-karikatur itu benar-benar menghina! Sekali ngeliat aja darah si gue berdesir, kepala berdenyut-denyut, emosi langsung naek ke ubun-ubun. Bajingan! Bangsat! Kafir keparat! Itu reaksi pertama si gue, seorang muslimin yang tergolong sebagai muslimin yang "biasa-biasa" aja. Gak kebayang gimana reaksi kaum fanatik, atau kaum ekstrimis, pasti lebih edun dari yang si gue rasain. Itu makanya di sebagian tempat reaksi itu begitu keras, sampai-sampai ada upaya "melegalisir" darah si pembuat sebagai ganjarannya.

Reaksi itu begitu kuatnya saudara seiman, ingin rasanya mengutuk n kalo tiba-tiba si pembuatnya nongol di depan si gue pasti langsung tak gebugin sampe klenger. Reaksi itu baru sirna ketika hati si gue mengucap satu kata: "astagfirullah". Ajaib, si gue jadi lebih tenang (jadi pingin tau, mereka yang ngerusak n bakar-bakaran itu pada inget satu kata ajaib itu gak ya?).

Si gue ngambil air wudhu, insting aja, soalnya si gue ngerasa sang grand master of darkness (baca: syaiton himself) barusan nyaris nongkrong ongkang-ongkang di dalem qolbu. Semaleman sampe pagi si gue browsing, ampir semua media, si gue berusaha untuk berimbang, ngebaca release dari media yang bisa dianggap ngewakilin umat muslim n media yang bisa dianggap ngewakilin blok barat. Kesimpulan si gue: Media yang ngewakilin umat muslimin umumnya mengecam (sangat) keras, sementara media barat berusaha "membela" dengan dalih kebebasan berekspresi. Ini ampir seragam di semua media. Pagi itu si gue tidur dengan kepala pusing. Selain ngantuk (da kurang tidur wae) juga otak terus-terusan mikir, apa sebenernya di balik semua ini.

Kemudian, kita sama-sama jadi saksi, aksi protes (termasuk perusakan) terjadi di mayoritas negara-negara yang penduduknya kebanyakan muslim. Di lain pihak, kita juga ngeliat bahwa pihak blok barat (yang awalnya berkeras mempertahankan pendiriannya) akhirnya melunak, bahkan perdana menteri Denmark dan si pemred Jylland-Posten secara terbuka menyatakan permohonan maaf. Eh, tapi koq aksi protes n perusakan gak brenti ya? Malah ekskalasinya makin luas. Ini yang jadi salah satu alesan si gue mosting di sini (mudah-mudahan ada segelintir sodara seiman yang baca).

Kita hidup di dunia yang plural. Gak semua manusia itu muslimin. Artinya, gak semua manusia paham akan ajaran Islam. Jangankan yang non-muslim, lha yang ngakunya muslim aja juga belum tentu paham koq (iya kan? hayo... jujur aja). Buat kita kaum muslimin, Nabi Muhammad SAW adalah kekasih Allah SWT, junjungan kita semua, suri teladan bagi kehidupan kita, sang nabi akhir zaman. Tapi bagi kalangan di luar muslimin, (mungkin) mereka hanya tahu bahwa beliau adalah nabinya kaum muslimin, gak lebih, gak kurang, lebih-lebih dengan makin maraknya kampanye negatif tentang Islam. Apalagi bagi penduduk negara-negara yang jelas-jelas sekuler seperti kebanyakan kebanyakan negara barat, agama itu merupakan urusan pribadi, gak ada urusan ama orang lain. Jadi di sini kita sebagai kaum muslimin yang berakal dituntut untuk bisa memahami. Si gue punya satu cerita kecil, si gue punya temen cetting orang Eropa Timur. Entah gimana awalnya, satu malem kita ngebahas soal agama Islam. Tau apa yang dia bilang? "I hate moslemism", katanya. Waktu si gue tanya kenapa, jawabannya antara lain: "Moslemism (nah, bilang Islamnya aja keleru ama muslimisme) treats women badly", "Moslemism allows the killing of people", "Moslem are terrorists". Mungkin dia gak sadar kalo temen cettingnya ini juga seorang muslim (abisnya nama si gue emang nggak ngislam kali ya). Waktu si gue bilang bahwa si gue Islam, dia bilang nggak percaya. Terus aja si gue panjang lebar cerita tentang hal-hal yang dia anggap jelek tadi (semoga si gue gak salah ucap waktu itu). Si gue cerita, bahwa wajah Islam (n muslimin) khususnya di Indonesia itu beda bangeds. Eh, doi tertarik, n berhubung doi seorang mahasiswi antropologi, akhirnya kita janjian akhir taun ini mo ketemuan di Indonesia, katanya dia pengen ngebuktiin kata-kata si gue (kayaknya masih gag percaya deh anak itu). Kebayang gak, kalo waktu itu si gue langsung naek darah, trus mengumpat-ngumpat (pake bahasa sunda!) gak juntrungan. Kan malahan jadinya membenarkan apa yang dia yakinin sebelumnya bahwa kita muslimin sebagai "kaum barbar?".

Sayangnya, sodara seiman, alih-alih berusaha memahami fakta tersebut, mata hati sebagian dari kita seolah dibutakan oleh tiupan syaiton. Aksi protes terus berlanjut, di beberapa negara malah ada yang sampai tewas segala dalam proses protes n perusakan itu. Kalau ada yang nganggap ini syahid, si gue gak setuju. Buat si gue, itu namanya mati konyol. Yang lebih konyol adalah apa yang terjadi di Surabaya n Jakarta. Setelah gag berhasil menemui perwakilan Denmark, protes dialihkan ke Kedubes n Konsulat Amerika. Alesannya: Amerika juga sama-sama negara barat yang berusaha menghancurkan kaum muslimin. Gebleg. Dungu. Apa hubungannya? Sejak kapan kita boleh "mengalihkan" permasalahan kayak gitu? Ibaratnya, orang sekampung ngejar-ngejar maling ayam gak berhasil, lalu karena kecewa, mereka ganti ngejar-ngejar orang yang diyakini sebagai maling sandal jepit (yang sebenernya malem itu lagi nikmat tidur). Coba, kalau udah gini, apa yang kita dapet? Selain travel warning (lagi), yang lebih parah adalah citra umat muslimin makin terpuruk. Kaum muslimin makin tercitrakan sebagai kaum barbar yang taunya cuma ngerusak, tereak-tereak, ngancem-ngancem, n sama sekali lupa bahwa sebetulnya semua itu bisa diselesaikan dengan tata cara bernegara yang terhormat. Mana bukti kebesaran ajaran Islam? Mana yang disebut rahmatan lil alamin?

Si gue mengecam para pemimpin umat, kiyai atau ajengan yang memimpin aksi protes itu. Pak Kiyai, pak ajengan, denger nih, umat itu bakal ngikut apapun yang panjenengan bilang. Coba si gue mo nanya, dari sekian ribu peserta demo yang panjenengan bawa, berapa persen yang pernah ngeliat langsung karikatur-karikatur itu? Pak kiyai jangan mempermainkan emosi umat. Bahaya pak Kiyai. Bahaya.
Apalagi kedengeran ungkapan bahwa "penghina nabi harus mati!". Apa-apaan itu? Sepanjang ingetan si gue yang elmu agamanya sangat amat cemen ini, kanjeng Nabi Muhammad SAW tidak pernah marah sekalipun beliau dihina musuh-musuhnya. Itu fakta, bukan cerita! Lha wong nabi Muhammad SAW aja gag marah waktu dihina, lalu apa hak kita yang cuma umatnya ini untuk menunjukkan kemarahan luar biasa saat sekarang nabi junjungan kita itu dihina? Aneh memang umat Islam ini. Yang jelas-jelas diajarkan (baca: dicontohkan) oleh Nabi malah gak diturutin, eh, peringai syaiton (ya itu, ngumpat, ngancem, ngerusak, dll) malah ditiru n dilakuin.

Sodara-sodaraku. Inilah saatnya bagi siapapun kaum muslimin yang ngerasa ingin membela harkat dan martabat agama yang kita yakini. Bukan dengan ikut-ikutan demo, ngerusak dll. Tapi dengan BERSABAR, TAWAKAL dan MEMAAFKAN! Itu yang harus kita semua lakuin kalau kita ingin mencapai kemenangan dunia akhirat, Insya Allah. Ini saatnya kita tunjukkan wajah sesungguhnya dari Islam, rahmatan lil alamin.

Yakinlah sodaraku (duh, pengen nangis hati si gue). dengan bersabar, tawakal dan memaafkan kita gak akan dipandang sebagai kaum yang lemah, sebab ketiganya justru adalah tanda-tanda kaum yang kuat dan berjiwa besar. Naudzubillahi mindalik.