insomnia!

Tuesday, August 23, 2005

(Ternyata) Nyatut Juga Euy!

Ini mah cerita lucu euy. Ceritanya kemaren siang si gue lagi bikin kopi di kantor, ga tau kenapa, orang-orang kaya yang rada panik getoh. Tapi ya seperti biasa lah, si gue mah anteng-anteng aja (ngapain juga dipikirin, bukan urusan si gue ini kan). Eh, beres bikin kopi, pas si gue anteng mau balik lagi ke balik komputer, tiba-tiba "pret" yeee... lampu mati! Si gue pikir aneh juga ya, masa di sini juga bisa mati lampu, kaya di Jakarta aja :D . Eeh, tiba-tiba temen kantor gue si Jason bilang, udah, bawa laptopnya keluar. Lha si gue bingung, kan mo kerja, masya malah disuruh keluar seh? Ya udah deh, akhirnya si gue bawa laptop ke kedai sebelah kantor n kerjanya jadi di sana sambil ngeroko n ngopi (pas bagian ini mah si gue demen banget)

Ternyata sodara-sodara, siangnya pertanyaan si gue kejawap: ternyata kantor si gue nyatut listrik n ketauan! Hehehehe.... kenapa ya si gue tiba2 jadi inget kelakuan pengusaha-pengusaha di negara kita tercinta? Intinya: ternyata kelakuan sebagian bangsa kita nyang demen nyatut listrik itu diekspor keseneh!

Hayyyaaaa....


Sunday, August 14, 2005

Premanisme, itu mah emang budaya kita

NGEBACA berita-berita di media dari Indonesia yang nyebutin bahwa beberapa terakhir ini Polda Metro bikin razia preman bikin si gue merenung. Kalo diinget-inget, kayanya pernah juga si gue berurusan ama yang namanya preman ini, mulai jaman smp --dipalak prokem di mall, di jalanan --melototin preman lampu stopan yang nyanyi sambil minta recehan, sampe di kantor-kantor pemerintah --yang ini mah premannya pada gaya, pake seragam warna khaki, kerjanya malakin orang yang mau ngurus berkas-berkas --misalnya bikin KTP. Lo pasti setuju deh ama si gue: emang udah saatnya preman-preman itu ditertibin. Cuma yang jadi masalah sekarang, definisi preman itu sendiri batasannya gimana?

Kalo si gue gak salah, preman itu mulai dikenal sejak jaman kolonial dulu. Mereka ini umumnya berasal dari kalangan "jawara" yang gak mau tunduk ama pemerentah kolonial. Makanya mereka disebut "free man". Dasar lidah inlander, akhirnya sebutan itu bermetamorfosa jadi "preman". Jaman itu, para preman nggak selamanya berkonotasi buruk, ada juga yang konotasinya mulia misalnya si Pitung --yang sering dianalogi-in mirip-mirip Robin Hood, yang kerjanya mengambil dari pemerentah kolonial tapi bukan dipake sendiri (dibagi-bagiin ke rakyat yg butuh). Tapi tentu aja masih lebih banyak preman-preman dengan konotasi negatif, yg kerjanya ngerampok (gak peduli punya pemerentah atouw punya rakyat biasa), ngebunuh, merkosa dan segudang aktifitas "serem" lainnya.

Karena kekerasan-kekerasan yang dilakuinnya seringkali nyakitin rakyat, lambat laun para preman ini tersisih dari kehidupan "normal" dan mereka ngebentuk "geng" nya sendiri-sendiri. Tiap-tiap geng ini punya batasan "wilayah kekuasaan" masing-masing, jadilah dikenal semacam pembagian "distrik bayangan" di tanah air kita. Misalnya dalam suatu daerah selain ada pemerintahan resmi pasti juga ada "pemerintahan bayangan" yang dikendaliin para preman itu.

Nah, karena kebanyakan dari masyarakat nggak mengetahui betul seluk-beluk dunia preman ini, pertumbuhan dan perkembangan mereka ga terlalu diketahui juga. Ntar tiba-tiba "blum!" di suatu daerah muncul banyak preman-preman yang kerjanya nyusahin rakyat. Sejalan ama berlalunya waktu, kita akhirnya tau juga bahwa udah muncul dan tumbuh sebuah budaya (atouw mungkin lebih pas sub-budaya) baru yang disebut: Premanisme, yang bisa kita artiin kira-kira sebagai sebuah cara hidup (atauw cara pikir, atau tingkah laku) yang berazaskan kebebasan (yang tidak bertanggungjawab). Termasuklah di dalamnya pola "semau gue", "kumaha aing", "yang penting gue hepi" dsb.

Okeh, cukuplah dengan sejarahnya. Sekarang kita balik ke hari ini. Ternyata sodara, premanisme (sebagai jalan hidup) sudah demikian merebaknya di masyarakat kita. Kita bisa liat pola-pola premanisme itu dimana-mana, mulai dari tingkah laku kriminil para preman yang bebas berkeliaran (ini termasuk pelaku kriminil kelas teri sampe mafia kelas kakap), masyarakat umum yang "biasa-biasa" aja (coba liat kelakuan supir angkot yang seenak udelnya naikin/nurunin penumpang di tengah jalan, gak peduli kita setengah mati kaget krn mobil kita ampir aja nyium pantat tuh angkot), sampe di kalangan berseragam (ini termasuk golongan pegawai negeri, polisi dan tni). Betapa pola-pola premanisme itu udah demikian jauh masuk ke aspek hidup sehari-hari bangsa ini... Sedih kan? Coba inget-inget lagi deh, jangan-jangan kita sendiri juga pernah --atau sering ngejalanin pola-pola premanisme itu.

Terlepas dari itu semua, razia preman yang dilakuin Polda Metro harus kita sambut baik karena mungkin bisa jadi shock therapy buat para preman jalanan (sebenernya kalo pingin bener-bener jera mah bikin aja Operasi Sapu Jagat jilid ke-2 :D ). Tapi kita juga harus melihat lebih jauh, lebih dalem, sampe ke inti persoalan: bahwa tumbuhnya premanisme juga turut didorong sama kurang tegasnya peraturan hukum dan perangkatnya di negara kita, dan gak adilnya sistem hukum kita (berapa lama seorang pencuri ayam dihukum? 6 bulan --+ bonyok digebugin orang sekampung. Berapa lama seorang koruptor dihukum? 6 bulan juga --dipotong masa tahanan yang seringnya cuma tahanan kota. jadi mending jadi yang mana? pencuri ayam atau koruptor?)

Emang negara kita ini masih harus banyak belajar untuk bisa nemuin arti keadilan yang hakiki. Bukan keadilan yang bisa "diatur" oleh permainan para preman yang berujud pengusaha, pejabat pemerentah, anggota dewan yang terhormat, aparat penegak hukum atau para petani "lugu" yang menemukan cara murah untuk ngebuka lahan: yaitu dengan ngebakar sehingga asapnya diekspor ke negara tetangga, dan terutama para cukong kayu yang ngeliat kesempatan buat ikutan ngebakar ribuan hektar hutan untuk ngebuka lahan (dan semua kesalahan ditimpain ke para petani itu).


Saturday, August 13, 2005

Point of No Return

HOW did I ever come to this? Sebagai manusia jamak kalo kita punya keinginan untuk mengulang lagi apa yang udah kita lakukan --yang ternyata adalah sebuah kesalahan. Tapi --sesuai dengan kodratnya-- manusia jelas duong gak bisa ngelakuin itu. Itu makanya ada pepatah yang bilang "Sesal dahulu pendapatan sesal kemudian tak berguna" kali ya. Si gue --yang juga cuma manusia biasa ini-- juga banyak banged ngelakuin kesalahan dalam hidup si gue.

Seringkali kita nemuin diri kita di persimpangan, antara dua atau lebih pilihan. Itulah saatnya kita harus tafakur, mikirin sebaik-baiknya jalan mana yang harus kita pilih. Kenapa si gue bilang harus mikir sebaik-baiknya? Karena seringkali pilihan yang kita ambil merupakan point of no return. Sekali kita pilih, maka itulah yang akan jadi jalan hidup kita selanjutnya yang harus kita jalanin, walaupun kalau someday kita sadar bahwa pilihan itu ternyata salah.

Si gue sekarang sadar, mungkin pilihan yang si gue buat di waktu yang lalu bukan merupakan pilihan terbaik. Mungkin hidup yang si gue jalanin bukan merupakan yang terbaik. Mungkin segala yang si gue dapet bukan yang terbaik buat si gue. Mungkin... aarrgghh... kenapa jadi banyak banged kemungkinan ya?

Udah lah, ini pilihan yang udah si gue buat. Ini hidup yang harus si gue jalanin.


Friday, August 12, 2005

Pusing Dunia

SODARA-SODARA tentu pernah (setidaknya sekali lah) ngalamin yang namanya "Pusing Dunia". Ato malah belom pernah denger? Okeh, biar kita semua mulai dari landasan berpikir nyang sama, mendingan si Gue jelasin dulu deh definisi "pusing dunia" itu. Pusing Dunia secara harfiah bisa diartiin sebagai berikut:

PUSING seringkali diasosiasikan sebagai perasaan "gamang" atau "melayang" yang erat kaitannya dengan rasa kesetimbangan. Juga kerapkali diartikan sebagai rasa sakit atau perasaan tidak normal yang terasa di bagian kepala. Selain dihubungkan dengan masalah-masalah anomali fisik, pusing juga kerapkali dikaitkan dengan masalah psikis atau kejiwaan. Adakalanya pusing dianggap sebagai gejala terjadinya ganguan psikis seperti stress. Pusing (baik sebagai gejala fisik maupun psikis) juga dapat mengakibatkan gangguan lainnya misalnya rasa mual, muntah bahkan kehilangan kesadaran.

DUNIA dapat diartikan sebagai alam semesta khususnya bumi tempat kita hidup. Kata dunia dalam konteks tertentu dapat diartikan sebagai "sesuatu yang menyangkut segalanya". Secara lebih khusus, kata dunia dianggap mewakili segala sesuatu yang bersifat duniawi (keduniaan).

Dari pengertian diatas, si Gue menyimpulkannya buat sodara-sodara deh: Pusing Dunia dalam konteks mBlog ini adalah suatu keadaan yang menyebabkan diri kita merasakan suatu kepusing (baca: rasa tak menentu) yang disebabkan oleh hal-hal yang bersifat duniawi. Konteksnya sih bisa aja karena masalah keuangan, percintaan atau kebutuhan-kebutuhan lainnya, termasuk kebutuhan biologis.

Nah sodara-sodara, dalam kaitan ini si Gue khusus mau membahas masalah yang disebut terakhir: yaitu Pusing Dunia yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya dengan cukup mantap kebutuhan biologis kita. Sebagaimana nyang sodara sodara pasti sudah tau, kebutuhan nyang satu ini memang merupakan salah satu kebutuhan yang masuk kategori ajaib, artinya keukeuh kudu dipenuhin. Setelah dipenuhin, eh, gak lama kemudian kabutuh yang satu ini muncul lagi, n lagi, n lagi, n lagi....

Si Gue nggak begitu jelas juga (soalnya bukan anak psikologi sih) dimana letaknya kebutuhan ajaib ini dalam "piramida kebutuhan manusia". Disebut kebutuhan dasar bisa, tapi koq kayaknya buat sebagian orang lainnya malah bisa digolongin kebutuhan tertier (karena untuk memperolehnya dibutuhin usaha yang gila-gilaan). Tapi ntar dulu, ada juga lho yang nganggap kebutuhan ini sebagai sarana pembuktian eksistensi diri (self esteem). Walah, berarti si kebutuhan ajaib ini naek lagi duong peringkatnya ke kelompok puncak di piramida kebutuhan manusia.

Sodara-sodara, si Gue sendiri juga nggak gitu faham kenapa ujug-ujug ngeBlog tentang masalah ini. Kalo sebagian dari sodara lalu menuduh si Gue juga lagi Pusing Dunia, berbahagialah sodara, tebakan sodara jitu benerr. Si Gue emang lagi Pusing Dunia neh... Kkyyaaaaaa.... pusssiiiinngg bboo..!

Thursday, August 11, 2005

Insomnia

GAWAT JENDRAL! Udah jam 4 subuh tapi mata belom bisa merem aja. Bulak-balik ngga karuan kesana kemari, ujung-ujungnya di depan laptop lageh. Hu-uh...! Mana besok si Bos ngajakin rapat ama klien lageh. Kacau dah. Ini penyakit lama neh, kirain udah ngilang, eeehh... masih juga demen berkunjung taunya teh. Ya udah deh, daripada ngebrowse nggak juntrungan si gue ngebuka-buka informasi tentang insomnia (garing pan?).

Katanya gene neh:
Insomnia is the perception or complaint of inadequate or poor-quality sleep
because of one or more of the following:

* difficulty falling asleep

* waking up frequently during the night with difficulty returning to sleep

* waking up too early in the morning

* unrefreshing sleep

Hmmm... coba kita liat satu-satu...
  • Difficulty falling asleep --> he-eh
  • Waking up frequently during...(bla..bla) --> bangun pigimaneh orang tidur aja nggak bisa (ini nggak he-eh)
  • Waking up to early in the morning --> Emangnya rumah gue di samping jalan kereta api apa? (ini nggak he-eh)
  • Unrefreshing sleep --> Yo'i seh, tidur si gue nggak pernah asik
Lanjutin ya...
Certain conditions seem to make individuals more likely to experience insomnia.
Examples of these conditions include:

* advanced age (insomnia occurs more frequently in those over age 60)

* female gender

* a history of depression

Gile! Nggak ah! Masya si gue udah setua itu seh? Si gue juga kan bukan weitjeh AND nggak punya sejarah depresi (eh, kalo nyang terakhir si gue rada ragu euy... punya ngga ya?)

There are many causes of insomnia.
Transient and intermittent insomnia generally occur in people who are temporarily
experiencing one or more of the following:

* stress

* environmental noise

* extreme temperatures

* change in the surrounding environment

* sleep/wake schedule problems such as those due to jet lag

* medication side effects

  • Apakah si gue setres? Tergantung seh
  • Apakah lingkungan sekitar seneh berisik? Nggak tuh
  • Masalah dengan suhu udara? Yap! Buset dah, AC udah disetel ke 19 aja masih panas buangedd
  • Perubahan lingkungan? Iya sih, tp si gue mah udah biasa, jadi kayanya ini mah nggak ngaruh tuh
  • Jet lag? Nggak
  • Efek samping obat-obatan? Tergantung... obat tetes mata bisa bikin side effect nggak ya ?

In addition, the following behaviors have been shown to perpetuate insomnia in some people:

* expecting to have difficulty sleeping and worrying about it

* ingesting excessive amounts of caffeine

* drinking alcohol before bedtime

* smoking cigarettes before bedtime

* excessive napping in the afternoon or evening

* irregular or continually disrupted sleep/wake schedules

  • Berharap susah tidur & jadi cemas? Kurang kerjaan apa?
  • Minum kafein? Naaaaaahhh... yo'i..yo'i... si gue pan peminum berat kopi (tapi da nggak ngaruh... abis minum kopi tetep bisa tidur koq..
  • Alkohol? Nggak.
  • Ngerokok? Nuuaaaahhhh.... ini juga neh... he-eh, he-eh...
  • Napping berlebih? Mana sempat? (he-eh,.. mana syempat?)
  • Jadwal tidur & bangun si gue teratur nggak ya? Wah.. kayanya engga euy...
 Treatment for chronic insomnia consists of:

* First, diagnosing and treating underlying medical or psychological problems.

* Identifying behaviors that may worsen insomnia and stopping (or reducing) them.

* Possibly using sleeping pills, although the long-term use of sleeping pills for chronic
insomnia is controversial.
A patient taking any sleeping pill should be under the supervision of a physician to closely
evaluate effectiveness and minimize side effects.
In general, these drugs are prescribed at the lowest dose and for the shortest duration
needed to relieve the sleep-related symptoms.
For some of these medicines, the dose must be gradually lowered as the medicine
is discontinued because, if stopped abruptly, it can cause insomnia to occur again for a night or two.

* Trying experimental sexual intercourse techniques may help

Wuah.... dari ke-empat saran di atas, kayanya cuma
saran nomor empat deh yang si gue setuju bangeddd (eh, tapi apa nggak malah jadinya nggak akan tidur semaleman ya kalo musti 'begituan'?). U tell me la..

Wednesday, August 10, 2005

(Gini-gini) si Gue bayar Pajak tau!

NGGAK TAU DEH udah berapa lama si gue sobatan ama nyang namanya rokok... lupa euy... tapi kalo nggak salah mah kayanya sejak SMP! Buset dah, berarti udah ampir 20 taun paru-paru si gue dijejelin ama udara 2-tak (maksudnya oksigen campur beribu-ribu senyawa yang ada di dalem asep roko'). Lama juga geningan ya. Si gue juga udah nggak inget lagi, kira-kira kenapa ya dulu si gue mulai ngeroko' at the first place. Eniwey, kalo diliat dari sisi kesehatan & kegunaan mah emang ngeroko' itu lebih banyak ngerugiinnya kali ya. Tapi (standar neh, pembelaan diri dari kaum tertindas!) kalo diliat dari sisi lainnya ngeroko' ternyata juga bikin si gue berjasa buat negara. Lha, koq? Ya iya duong! You itung aja sama lu olang (kalo masih nggak percaya lu tanya deh toko sebelah) kalo --katakanlah-- rata-rata si gue ngeroko' 2 bungkus aja sehari (tras mi euy, jumlah ini udah di mark-down!) berarti 20 taun gue ngeroko sebanyak 365 x 20 x 2 = 14.600 bungkus! Sok sekarang kita ngitung geura ya, kalo rata-rata dari setiap bungkus si gue ngisep 10 batang aja (sisanya diminta temen, dibagiin ke satpam di kantor, ato dimakan kucing tetangga) berarti selama ini si gue ngisep paling sedikit 146.000 batang roko'! Anjrit! Koq banyak geuningan :-S...

Itung lagi ya... dulu mah harga roko' itu cuma 2000 sebungkus, sekarang 8000... gampangnya mah rata-ratain aja atuh harga sebungkusnya teh 4000 (ini mah biar gampang aja, da kalo diitung bener mah si gue harus minta bantuan perusahaan surveyor) berarti total duit yang selama 20 taun ini gue 'bakar' sama dengan 584 juta perak! Buset! Bisa buat beli rumah geuningan ya?? (diem-diem si gue nyesel tau!) Eh, kembali lagi ke pokok permasyalahan... okeh, kita tau duong bahwa setiap bungkus roko' ada cukai (baca: pajak) yang kita bayar (secara nggak langsung kali ya... mudah-mudahan we emang disetorin ama perusahaan roko'nya, bukan malah di cengli-in), bilanglah 40%... Berarti selama karir ngeroko' si gue bayar pajak sebesar 233,6 juta perak (btw, cara ngitungnya bener ga ya? ah, hu kers lah). Tuh kan... Kira-kira 10 jutaan lebih setaunnya si gue bayar pajak (walopun sebenernya nggak nyadar). Nah, sekarang lu olang itung lagi deh, di Indonesia ada berapa banyak peroko' kayak si gue... ah, jadi males ngitungnya juga, da pasti banyak banget.

Karena itu, melalui mBlog ini, mewakili para peroko' (baca: pembayar pajak) se Indonesia si gue mau nyampeyin ke pemerentah, ke para demang mester yang mulia, cubalah kiranya dapat diberiken kepada kami-kami ini daripada sarana buat nyalurin
niat kami untuk terus membayar pajak (baca: ngeroko' hehe) sedemikian rupa sehingga kami tidak lagi dipersalahken sebagai penyebab daripada ketidaknyamanan pagi warganegara lainnya yang bukan pembayar pajak (baca: peroko') seperti kami-kami ini. Getoh woy. At least, tolong atuh dibikinin buat kami tempat / ruang "pelayanan pajak" di mal-mal, perkantoran-perkantoran dan sarana umum lainnya. Da kami juga sebenernya bukannya nggak bisa baca tulisan (yang biasanya GEDE-GEDE itu) "Dilarang Merokok" dsb, cuma da gimana atuh, kadang-kadang keinginan untuk "membayar pajak" itu begitu besar --lebih-lebih setelah makan besar (dan juga saat buang air besar). Jangan cuma karena kami ini kaum minoritas lalu bisa ditindas dengan semena-mena begetoh! Tempat/ruang "pelayanan pajak" itu nggak harus gede & mewah koq... kami mah udah cukup puas dikasih tempat di pojokan juga (maksudnya di pojokan mal yang strategis buat cuci mata), ga usah pake kursi kulit segala koq, cukup pake AC, exhaust system yang bagus, sound system yang bagus, tata cahaya yang bagus, makanan & minuman yang enak (kalo bisa mah tetep murah), dan suasana yang nggak berisik. Itu aja koq, nggak berlebihan kan?

Hawepper, wi pey de tex epter ol....


Tuesday, August 09, 2005

Malangnya Nasib Bangsaku Euy!

SEBENERNYA ini kali kedua si gue kerja di Brunei. Yang pertama dulu taun 2003. Tapi waktu yang pertama itu si gue ga terlalu banyak dapet impresi yang jelas tentang keadaan sodara-sodara kita di sini. Di kesempatan yang kedua ini baru si gue bisa dengan cukup jelas nangkep kenyataan yang sebenernya bisa dibilang bikin hati sedih konco. Awalnya sih dari omongan sehari-hari, terus pengalaman pribadi waktu lagi nge-Net... ternyata orang Indonesia (iya, kita!) punya stereotype yang payah disini!

Es yu probebli nouw olredi, banyak banget sodara-sodara kita yang (mirip dengan si gue) merantau jauh ke negeri orang, ya di antaranya ke Brunei ini. Jangan salah man, kita harus bangga! Gimanapun juga itu salah satu bukti bahwa sumberdaya manusia kita dibutuhin sama masyarakat di negara-negara lain... Kita harus bangga, bahwa si Tukiyem (nama samaran) yang aseli Wonosobo, atau si Ningsih (bukan nama sebenarnya) yang aseli Garut, atau juga si Hotman (nama tiruan) yang Batak tulen, ternyata udah melanglangbuana ke berbagai negara bro!

TAPI satu hal yang sangat amat patut disayangken (huek... jadi inget jamannya orba euy, tata bahasa yang rancuh begetoh) kebanyakan (baca: mungkin hampir semua) daripada tenaga kerja tersebut diatas (hueekksss... virus orba euy!) ternyata nggak dibekali dengan keterampilan yang cukup. Ini gawat teman! Si gue cukup yaqqin bahwa faktor itulah yang jadi salah satu penyebab utama dari tertindasnya tenaga kerja kita (hampir) diseluruh dunia. sering banget kan kita baca, denger (ato ngalamin sendiri?) fakta-fakta yang ngebongkar betapa kwaciannya nasib tenaga kerja kita di luar negeri (geus puguh ari di dalam negeri mah parejet).

Fren, ternyata kondisi itu masih diperparah lagi dengan minimnya pengetahuan tentang bahasa dan kebudayaan negara tempat mereka kerja. Kacau nggak tuh? Udah mah kurang pendidikan, kurang keterampilan, eh, masih ditambah nggak bisa ngomong bahasa setempat. Jadinya ya pada pake bahasa Tarzan, aauuuoooo.... getoh. Padahal katanya (maksudnya menurut pemerentah) mereka itu sudah dengan keterampilan yang cukup untuk dapat bertahan di tempatnya bekerja. Nah, di sini neh pangkal permasalahannya... soalnya nggak jelas yang jadi batasan keterampilan yang cukup untuk bertahan itu sebenernya kayak apa... Udah gitu, pihak perwakilan negara kita (baca: kedutaan besar) juga pada ogah ngurusin masalah-masalah TKI kaya begetoh...

Sampe sini, si gue yakin beberapa di antara pembaca yang budiman ada yang melengos dan menjeblehkan bibir ke si gue. Pasti pikirnya: tau apa dia tentang penderitaan TKI? Wong dia kan bukan kerja jadi PRT. Eiiitt....! Bentar woy! Semua itu ada pengaruhnya tau! Karrrrna apa? (jadi inget Om Harmoko ya?) Karena, ya itu tadi, seperti yang si gue tulis di atas... bahwa di tiap-tiap negara itu udah ada stereoset eh.. stereotype tentang bangsa kita yang berlaku umum dan jadi common sense untuk orang-orang setempat, n biliev mi, ampir ngga ada bagus-bagusnya coy!

Contohnya, di sini (Brunei) juga ada sesuatu yang bikin orang-orang rada-rada ogah berurusan dengan bangsa kita. Kemaren si Gue akhirnya nggak ku-ku, sekalian aja sama si Gue ditanyain ke bbrp orang lokal, kira-kira si gue nanyanya gini neh:

Wot is it with u people anyway? Do you actually think Indonesians are all that bad?

Ternyata pemirsa, jawabannya mengezutkan lah... Mau tau? Ada yang bilang....

You people not good la... Always try to make advantage on us (Mr. X bin Y bin Z)
You people ni macam suka rebut suami orang la (Ms. A bte B)
You guys are lazy, u know? (Mr. D)

Udah, udah.... segitu aja dulu... OMG PDA (oh may gad plis dong ah! -red)
Reaksi lo sekarang mirip banget sama reaksi si gue waktu itu... langsung protes! Ya ndak bisa disekompet-daunin (sunda: arti=disamaratain) begetoh lah Tuan, Nyonya, Oom dan Tante. Kan nggak SEMUA orang Indonesia (kata mereka sih: Indon) ituh begetoh (gue ngga ngerasa lagi...). Tapi itulah sodara-sodara, ternyata sikap mereka itu memang sebab-akibat, dari pengalaman-pengalaman buruk yang pernah mereka dapet & parahnya they share that experience to others, & we did NOT do anythng about that. So jadinya ya getoh, citra bangsa kita telanjur payah... Kacau pemirsa.

Semoga someday pemerentah kita mau lebih merhatiin nasib warganya nun jauh disana, nun jauh disini, nun jauh dimana-mana.


Ngerantau (lagi)

DASAR NASIB... lagi-lagi harus ngerantau, jauh dari lemah cai, jauh dari lembur kuring, & yg paling parah mah jauh dari si Cinta :((.. Tapi da kumaha lagi atuh... namanya juga usaha... hehe...

Kebenerannya, kali ini mah si gue ngerantau ga jauh-jauh amat, cuma ke negara tetangga (yang sebenernya mah bisa dibilang masih di dalem negeri kali ya).. Brunei Darussalam... negara yang --cenah-- kaya raya, banyak opportunities, etc etc... Tapi buat si gue mah yang paling kerasa mah cuma : panas enjum!

Okeh lah.. da mo digimana-gimana ge si gue udah disini atuh. Wayahna we jang! Hehe.. Eniwey, si gue kesini teh ceritanya mah kerja euy. Buat temen-temen si gue yang tau adat-adatannya si kasep ini, pasti rada bingung (ngung...ngung..) pigimanah ceritanya sampey si gue akhirnya mau "bekerja untuk orang laen" --karena selama ini si gue emang dikenal lebih seneng jadi orang "bebas" yang ga teriket waktu, ga teriket ruang (biarpun bukan berarti ga teriket komitmen & tanggung jawab bo).. Jawabannya mah apalagi kalo bukan: KARENA SI CINTA!

Garing ya? Yu mey sey so... emang rada-rada garing juga sih kalo pendirian (bisa gitu ya dibilang pendirian?) yang seumur-umur dipegang ternyata bisa ambruk "cuma" gara-gara cinta (hiks..hiks...). Ah... si gue mah ga peduli ketang situ mo bilang apa juga, da yang ngerasain mah gue sendre... atauw... barangkali situ emang blom pernah ngerasain jatuh cinta setengah edan kali ya konco... Kwaci.... aaaann deh lo.

Ya sutra lah.... intinya mah si gue ada disini teh emang untuk si Cinta (cinta... semoga kamu nggak jadi ge-er ya sayang.. hehe)... mmmm... gini aja dulu deh malem ini mah...